Sisi lain dari kepemimpinan Gus Dur sebagai presiden adalah dominasinya dalam pelaksanaan politik luar negeri. Dominasi itu ditunjukkan ”tur keliling dunia” yang menghabiskan 23 dari 40 hari pertama masa pemerintahannya, rekor baru yang fantastis dalam sejarah kepresidenan.
Wajar Ketua MPR Amien Rais dan Ketua DPR Akbar Tandjung mengkritik Gus Dur jangan terlalu sering melawat karena banyak persoalan domestik, seperti konflik Aceh. Gus Dur menjawab, tujuan tur mengembalikan nama baik Indonesia, berharap investor menanamkan modal lagi, dan mencari dukungan internasional terhadap keutuhan Aceh sebagai bagian dari kita.
Dominasi Gus Dur bukan penyimpangan politik luar negeri. Bung Karno dan Pak Harto juga figur dominan dengan gaya berbeda. Bagi mereka bertiga, menteri luar negeri pembantu aktif yang menjalankan diplomasi dan wajib mengikuti panduan kepala negara.
Ada beda sedikit: Pak Harto lebih bersikap pasif menyerahkan otoritas kepada para menlu, sedangkan Bung Karno dan Gus Dur jauh lebih aktif bukan cuma menentukan arah, tetapi juga nuansa-nuansanya.
Peranan kepala negara vital karena posisi politis dan geografis Indonesia yang amat strategis. Negara-negara Asia dan Afrika mengandalkan kepemimpinan Indonesia di Gerakan Nonblok, Asia Tenggara menempatkan kita sebagai saka guru ASEAN.
Saat Perang Dingin berkecamuk, Indonesia menjadi rebutan Blok Barat dan Timur. Barat menjalankan kebijakan subversif agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunis, China dan Uni Soviet ingin menjadikan kita sebagai satelit.
Dominasi Bung Karno tampak dari peranannya menggalang Konferensi Asia-Afrika, Gerakan Nonblok, dan Conference of New Emerging Forces (Conefo). Bung Karno bahkan memerintahkan Perwakilan Tetap RI di New York memutuskan Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Di tingkat regional, Bung Karno menggagas pembentukan poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Beijing-Pyongyang yang cenderung berkiblat ke Blok Timur. Sikap agresif Bung Karno ditunjukkan pula melalui politik konfrontasi terhadap Malaysia.
Dominasi Pak Harto tecermin dari perubahan orientasi politik luar negeri yang pro-Barat dan ”diabdikan untuk pembangunan ekonomi”. Bantuan dana untuk Orde Baru berdatangan dari negara-negara Barat berkat politik luar negeri yang antikomunis. Pak Harto memutuskan hubungan diplomatik dengan China.
Politik luar negeri Pak Harto berhasil menjaga kesinambungan kepemimpinan Indonesia di Asia Tenggara dengan melanjutkan gagasan Bung Karno mengenai kerja sama regional melalui pembentukan ASEAN lewat Deklarasi Bangkok 8 Mei 1967. Ini tindak lanjut dari cita-cita Bung Karno membentuk Association of Asian States (ASA) 31 Juli 1961 dan Maphilindo (5 Agustus 1963).
Parlemen Orde Lama dan Orde Baru tidak terlalu mempersoalkan dominasi kepala negara kecuali untuk isu-isu kontroversial. Keterlibatan aktor-aktor masyarakat terbatas karena tak begitu peduli dengan proses pengambilan keputusan politik luar negeri yang elitis.
Namun, saat Gus Dur memimpin, asumsi itu berubah. Globalisasi memaksa rakyat dan parlemen giat mengikuti perkembangan internasional dan regional yang berpengaruh terhadap situasi domestik. Tak mudah menilai sukses tur keliling dunia Gus Dur karena usia pemerintahannya yang pendek.
Pernyataan politik luar negeri perdana Gus Dur mengumumkan rencana pembukaan hubungan dagang dengan Israel.
Ada dua alasan: pertama, menggairahkan hubungan dengan lobi Yahudi. Indonesia paling tidak bisa minta tokoh Yahudi, George Soros, tak mengacaukan pasar uang/modal untuk menghindari krisis moneter. Kedua, meningkatkan posisi tawar Indonesia menghadapi Timur Tengah yang tak pernah membantu Indonesia mengatasi krisis moneter.
Melalui Menlu Alwi Shihab, Gus Dur setidaknya mengintrodusir tiga elemen politik luar negeri. Pertama, menjaga jarak sama dengan semua negara, kedua hidup bertetangga baik, dan ketiga ”kebajikan universal”.
Seperti Bung Karno, Gus Dur berambisi mewujudkan ”poros kekuatan” di Asia. Ia sempat memulai prakarsa tersebut dengan menggagas Forum Pasifik Barat yang terdiri dari Indonesia, Timor Timur, Papua Niugini, Australia, dan Selandia Baru yang sempat disuarakan ke sembilan negara ASEAN.
Masih segar dalam ingatan, Gus Dur membujuk Singapura menyetujui pembentukan Forum Pasifik Barat dalam KTT ASEAN di Singapura, November 2000. Menteri Senior Lee Kuan Yew menolak permintaan itu. Wajar jika Gus Dur langsung ngamuk, membuat Singapura gempar.
”Pada dasarnya orang Singapura melecehkan Melayu. Kita dianggap tak ada. Lee Kuan Yew menganggap saya sebentar lagi turun (dari jabatan presiden). Singapura mau enaknya sendiri, cari untungnya saja,” kata Gus Dur.
Sebelum itu Gus Dur mengemukakan pembentukan poros (axis) Indonesia-China-India. Tak lama kemudian ia memprakarsai pula poros ekonomi Indonesia, Singapura, China, Jepang, dan India. Sayang, sejumlah negara Barat—dan beberapa sekutu mereka di kawasan ini—merasa khawatir dengan fenomena ”kebangkitan Asia” ala Doktrin Wahid ini.
Melalui Mensesneg Bondan Gunawan, Gus Dur minta bantuan saya dan sejumlah teman untuk merumuskan pembentukan organisasi Dewan Keamanan Nasional. Sebagai presiden, Gus Dur berkeinginan setiap sarapan sudah di-brief tentang perkembangan politik dan keamanan regional/internasional yang mutakhir dan apa yang harus dilakukan pemerintah.
Pada hari-hari itu kami bangga menjadi warga Merah-Putih karena tekad besar Gus Dur mengembalikan pamor Indonesia sebagai kekuatan menengah yang sedang tercabik oleh krisis moneter, konflik sosial, dan proses disintegrasi. Ia seorang visioner, ilmuwan, praktisi, sekaligus presiden luar negeri yang mungkin sukar kita temukan lagi.
English Version
budiarto Shambazy
The other side of leadership as president Gus Dur is dominance in the implementation of foreign policy . Dominance was shown " world tour " which spent 23 of the first 40 days of his reign , a fantastic new record in the history of the presidency .
Naturally, Assembly Speaker Amien Rais and House Speaker Akbar Wahid criticized a visit not too often because many domestic issues , such as the conflict in Aceh . Gus Dur said, the tour destination to restore the good name of Indonesia , expect investors to invest again , and seek international support for the integrity of Aceh as part of us .
Dominance deviation Gus Dur is not foreign policy . Bung Karno and Pak Harto is also a dominant figure in different styles . For three of them , the foreign minister who run the auxiliary active diplomacy and heads of state are obliged to follow guide .
There is a slight difference : Pak Harto passive handing over authority to the secretary of state , while Bung Karno and Gus Dur is much more active not only determine the direction , but also the nuances .
Vital role as head of state political and geographical position of Indonesia is very strategic . Countries of Asia and Africa rely on the leadership of the Non-aligned Indonesia , Southeast Asia put us as the pillars of ASEAN .
When the Cold War raged , Indonesia became seizure Western and Eastern Bloc . West running subversive policies that Indonesia does not fall into the hands of communist China and the Soviet Union wanted to make us as a satellite .
Dominance Bung Karno garner looks from his role Asian -African Conference , the Non-Aligned Movement , and the Conference of New Emerging Forces ( Conefo ) . Bung Karno even ordered the Permanent Representative of Indonesia in New York decided to Indonesia out of the United Nations .
At the regional level , Bung Karno Jakarta initiated the formation of spindle - Phnom Penh - Hanoi - Beijing - Pyongyang is likely oriented to the Eastern Bloc . Bung Karno aggressive stance indicated also by the political confrontation against Malaysia .
Pak Harto reflected the dominance of changes in foreign policy orientation of the pro - Western and " devoted to economic development " . Financial support for the New Order came from Western countries thanks to the anti-Communist foreign policy . Pak Harto sever diplomatic relations with China .
Foreign policy of Soeharto Indonesia managed to maintain continuity of leadership in Southeast Asia with the idea of continuing Bung Karno on regional cooperation through the establishment of the ASEAN Declaration Bangkok through May 8, 1967 . This follow-up to the ideals of Bung Karno formed Association of Asian States ( ASA ) July 31, 1961 and Maphilindo ( August 5, 1963 ) .
Parliament Old Order and New Order are not too question the dominance of the country except for the head of controversial issues . The involvement of civil society actors is limited because not so concerned with the decision-making process is elitist foreign policy .
However , when Gus Dur lead , assuming the change . Globalization forcing enterprising people and parliament to follow international and regional developments that affect the domestic situation . Not easy to assess successful world tour because Gus Dur short reign of age .
First foreign policy statement Wahid announced plans to open trade relations with Israel .
There are two reasons : first , exciting relationship with the Jewish lobby . Indonesia could at least ask the Jewish leaders , George Soros , do not confuse money market / capital to avoid a financial crisis . Second , improve the bargaining position of Indonesia is facing the Middle East that never help Indonesia cope with the financial crisis .
Through Alwi Abdurrahman introduce at least three elements of foreign policy . First , keep the same for all countries , both good neighborly life , and the third " universal benevolence " .
Like Bung Karno , Gus Dur 's ambition to realize " shaft power " in Asia . He had initiated the launch of the initiative in the western Pacific Forum which consists of Indonesia , East Timor , Papua New Guinea , Australia , and New Zealand who had voiced to nine ASEAN countries .
Still fresh in the memory , Gus Dur persuade Singapore approved the formation of the western Pacific Forum at the ASEAN Summit in Singapore , November 2000 . Senior Minister Lee Kuan Yew rejected that request . Naturally, if Gus Dur directly go ballistic , making Singapore an uproar .
" Basically people harassing Singapore Malays . We considered no . I think Lee Kuan Yew soon dropped ( as president ) . Singapore would delish alone , looking thankfully , "said Gus Dur .
Before that Gus Dur suggests the formation of shaft ( axis) Indonesia - China - India . Shortly thereafter he also initiated the economic axis Indonesia, Singapore , China , Japan , and India . Unfortunately, a number of Western countries - and some of their allies in the region - are concerned with the phenomenon of " the rise of Asia " style of Wahid 's doctrine .
Through the State Secretary Bondan Gunawan , Gus Dur for help me and some friends to formalize the establishment of the National Security Council organization . As president , Wahid wanted any breakfast already in - brief on political developments and regional security / international cutting edge and what the government should do .
On the days that we are proud to be citizens of the Red - White as Gus Dur great determination to restore the prestige of Indonesia as a moderate force is being torn apart by the financial crisis , social conflict , and the process of disintegration . He was a visionary , scientist , practitioner , and president of overseas may be hard to be found again .